Dik,
Saat kami seusia kalian tak ada
yang lebih indah dari berlari-larian bersama hanya demi sebuah layangan yang
putus.
Tahukah engkau, Dik.
Saat kami berada dimasa yang sama
seperti kalian, tak ada yang lebih menyenangkan dari huruf L dibuku laporan mengaji,
dan catatan terlampaui dalam rapot sekolah kami.
Dik, harus engkau ketahui.
Saat kami seusia kalian, Ramadhan
kami dipenuhi dengan hal-hal yang begitu meriah dan menyenangkan. Bangun lebih
awal dan bergegas mencari apapun yang berbunyi nyaring hanya untuk membangunkan
orang-orang disekitar kami untuk makan sahur. Berjalan-jalan dengan segepok
petasan korek setelah Shalat Shubuh berjamaah dimasjid. Bermain galasin dan
perang sarung saat orang dewasa melaksanakan Shalat Sunnah Tarawih adalah
kenakalan terbesar kami, Dik.
Dik, saat seusia kalian.
Kami hanya menikmati permainan
sederhana yang memecah tawa kami, Hingga perselisihan hanyalah bumbu pelengkap
dalam permainan kami.
Bahkan hebatnya, Dik. Sebuah
karet gelang dan biji karet yang terbuang dan tak berharga dapat membuat kami
melupakan segalanya.
Aliran air sungai atau sebidang
tanah kosong sudah menjadi wahana bermain kami yang tak kalah menyenangkan dari
Dunia Fantasi atau Jungle Land yang kalian anggap menyenangkan.
Dik, Masa kecil kami begitu indah.
Dimana saat berkumpul dengan
teman-teman kehangatan terjalin dalam gelak tawa renyah dari wajah dan mulut
kami yang masih polos.
Masa putih biru kami pun tak
kalah indah, dimana kami berlomba-lomba mengukir prestasi agar dapat bersekolah
disekolah favorit.
Dik, dalam dunia kami yang putus
hanyalah benang layangan dan sandal jepit yang kami pakai untuk berlari dan
berkejar-kejaran. Bukan hubungan yang tak kami ketahui apa makna dan tujuannya.
Yang panas hanyalah cuaca kemarau
yang berubah menjadi menyenangkan karena kami dapat bermain sepuasnya diluar
rumah. Bukan hati yang meletup cemburu buta.
Yang luka hanyalah lutut-lutut
dan siku kami karena bersinggungan dan bertabrakan saat kami berlari-lari riang,
bukan hati yang luka saat tersinggung oleh perkataan kasar dan tak senonoh.
Dik, betapa polosnya kami saat
seusiamu. Karena bermain dan mengejar cita-cita adalah hal sederhana yang amat
besar nilainya bagi hati kami.
Dan sebungkus popcorn murah dan
kincir angin dipasar malam sudah menjadi hal besar yang membuat kami merengek
tak karuan.
Betapa kami menatap miris pada
masa sulit ini, dik. Saat anak-anak seusia kalian terjajah oleh teknologi dan
melupakan nilai-nilai yang kami pelajari bersama dari sebuah permainan
sederhana yang menyenangkan.
Betapa begitu banyak hal hilang
dari masa kecil kami untuk masa kecil kalian, karena sejauh yang kami lihat,
tak ada sepeda yang melintas berisik karena gelas plastik bekas minuman instant
yang terselip diroda belakang sepeda. Yang ada hanya asap knalpot yang membuat sesak
dada.
Tak ada lagi gelak tawa riang dan
tangis memecah karena permainan sederhana kami, melainkan jari-jari yang sibuk
memijat keypad dan touchscreen handphone pintar.
Tak ada lagi teriakan yel-yel
saling mengejek karena kecurangan atau kekalahan dalam permainan kami, karena
sudah berganti dalam sindiran dimedia sosial karena pengkhianatan yang
dilakukan sahabat atas kekasih cinta monyet kalian.
Dik, tak terbersit sedikitkah
pada hati kalian bagaimana indahnya masa-masa kecil kami??
Ketika nilai dan moral menjadi
patokan kami dan dengan mudahnya meresap dalam hati kami melalui permainan
sederhana yang kini kalian anggap kuno dan kotor.
Ketika keseimbangan otak,
intelejensi dan keterampilan yang orang tua kalian usahakan dengan
memasukan kalian dalam berbagai macam les dan kursus mahal itu kami dapatkan
dengan gratis dilapangan dan
ditempat-tempat bermain kami
Dik, begitu banyak yang ingin
kami ceritakan pada kalian tentang betapa indahnya masa-masa kami saat seusia
kalian, tapi kami takut itu hanya menjadi dongeng yang tak mungkin jadi hal
yang nyata dimasa-masa kalian.
Dik, sebaris pesan dari kami
kakak-kakakmu.
Gunakan dengan bijak gadget yang
kau genggam itu, nikmati masa-masamu sesuai dengan usia. Dan fahami
tujuan hidup, dan mulailah merancang strategi untuk mencapainya.
Salam Hangat generasi "90an"